Di masa lalu, e-commerce dan kelestarian lingkungan sering dipandang tidak kompatibel. Model bisnis dari banyak merek e-commerce memprioritaskan perolehan pendapatan dan kepuasan konsumen, sementara keberlanjutan menekankan pertimbangan lingkungan dan menumbuhkan pola pikir konsumen yang sadar. Namun, konsep-konsep yang tampaknya kontras ini telah menunjukkan hubungan yang saling menguntungkan dalam beberapa tahun terakhir karena keduanya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi bisnis sekaligus mencapai tujuan keberlanjutan yang sama .
Dengan penggunaan global kemasan plastik dalam e-commerce diperkirakan akan melebihi 4,5 miliar pound pada tahun 2025, seperti yang diprediksi oleh Statista, peningkatan sampah plastik yang sesuai menjadi perhatian yang semakin meningkat. Tren ini telah mendorong bisnis untuk mengambil tindakan, terutama karena konsumen online yang sadar lingkungan menjadi semakin sadar akan masalah pengemasan berlebih.
Pengaruh keberlanjutan dan konsumerisme hijau pada industri e-commerce
Karena industri e-commerce Indonesia mengalami pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya, industri ini menghadapi dampak lingkungan yang signifikan. Menurut Laporan Tren Keberlanjutan 2022, para pemangku kepentingan, termasuk konsumen, menekan perusahaan untuk mengatasi masalah rantai pasokan profil tinggi seperti deforestasi dan hak asasi manusia.
Protes baru-baru ini dan ketidakpuasan investor yang dihadapi oleh Procter & Gamble (P&G) berfungsi sebagai contoh nyata dari semakin pentingnya praktik pengadaan dan manajemen rantai pasokan yang berkelanjutan. Berbagai pemangku kepentingan, termasuk komunitas adat Indonesia, organisasi Amerika Serikat, keturunan pendiri P&G, dan penduduk Cincinnati, telah menyerukan perusahaan karena kegagalannya untuk mengatasi masalah bubur kayu yang tidak bertanggung jawab dan rantai pasokan minyak sawit.
Untuk menghindari memulai jalur yang sama dengan P&G, bisnis e-commerce harus memperluas fokus mereka pada sumber berkelanjutan dan manajemen rantai pasokan. Ini termasuk memasukkan masalah seperti pengadaan yang adil dan adil, serta mengurangi pemborosan di sepanjang rantai pasokan Anda. Dengan mengadopsi praktik tersebut, bisnis e-commerce di Indonesia dapat memenuhi permintaan konsumen yang sadar lingkungan dan berkontribusi untuk membangun masa depan yang lebih berkelanjutan.
1. Kemasan berkelanjutan
Kemasan produk seringkali menjadi titik kontak pertama dengan konsumen, menghadirkan peluang utama bagi merek untuk menonjol dengan desain yang unik. Namun, dengan konsumen yang sadar lingkungan yang mengerutkan kening pada kemasan plastik tradisional, bisnis e-commerce didesak untuk berinvestasi dalam alternatif berkelanjutan sambil mengeksplorasi desain baru.
Ada beberapa pilihan kemasan berkelanjutan yang dapat dipertimbangkan oleh bisnis e-commerce, seperti kemasan tepung maizena, bungkus gelembung bergelombang, bantal udara konten daur ulang, kemasan kaca biodegradable, kemasan jamur, busa sel hijau, kertas kraft, dan kemasan selulosa.
Selain menggunakan bahan berkelanjutan, bisnis e-commerce dapat mengoptimalkan pengelolaan limbah kemasan mereka dengan mematuhi prinsip 3R – "Reduce, Reuse, dan Recycle." Mengadopsi bahan kemasan terbarukan atau biodegradable dan meminimalkan limbah kemasan telah menjadi standar bagi merek yang ingin menarik konsumen yang sadar lingkungan. Praktik semacam itu juga dapat berkontribusi pada pengimbangan karbon dan meningkatkan loyalitas merek pelanggan.
2. Meningkatkan dan merampingkan proses manufaktur
Merampingkan dan meningkatkan proses manufaktur dapat berkontribusi secara signifikan pada upaya keberlanjutan, terutama untuk bisnis e-commerce. Dengan mengoptimalkan proses produksi, perusahaan e-commerce dapat mengurangi dampak lingkungan mereka dengan menggunakan lebih sedikit sumber daya dan bergerak menuju nol limbah. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan teknologi hemat energi, mengurangi konsumsi air, dan mengadopsi praktik produksi yang berkelanjutan .
Selain itu, merampingkan proses produksi dapat menghasilkan penghematan biaya untuk bisnis e-commerce. Ini kemudian dapat diinvestasikan kembali dalam inisiatif keberlanjutan seperti mengadopsi sumber energi terbarukan atau menggunakan bahan ramah lingkungan.