Kembangkan bisnis Anda dengan buletin Discover
Saran & wawasan logistik langsung ke kotak masuk Anda
Berlangganan sekarang
Dalam upaya untuk secara aktif memetakan arah menuju keberlanjutan, Indonesia telah memanfaatkan sumber daya alamnya yang luas untuk mempelopori inisiatif dalam energi terbarukan, pertanian ramah lingkungan, dan kehutanan berkelanjutan. Inisiatif ini dirancang tidak hanya untuk melestarikan ekosistem unik negara tetapi juga untuk mendorong pembangunan ekonomi melalui praktik yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Dorongan untuk upaya transformatif ini semakin didukung oleh peluncuran Bursa Karbon Indonesia baru-baru ini oleh Presiden Joko "Jokowi" Widodo. Dengan perkiraan potensi sebesar Rp 3.000 triliun (US$185 juta), bursa ini diharapkan dapat membuka peluang baru yang berkelanjutan dan sehat secara ekonomi.
Ketika Indonesia mengintegrasikan langkah-langkah yang didorong oleh keberlanjutan ini ke dalam kerangka ekonominya, Indonesia secara alami memposisikan dirinya sebagai pemain penting dalam ekonomi hijau global. Keselarasan strategis ini tidak hanya meningkatkan pengelolaan lingkungan Indonesia tetapi juga meningkatkan statusnya di pasar internasional, terutama melalui sektor ekspor yang inovatif. Mari kita lihat lebih dekat bagaimana Indonesia menyalurkan komitmennya terhadap keberlanjutan menjadi keunggulan kompetitif secara global.
Indonesia memanfaatkan aset lingkungan dan praktik berkelanjutannya untuk mengukir kehadiran yang signifikan di pasar global untuk produk ramah lingkungan. Jelajahi beberapa sektor utama di mana Indonesia membuat langkah dalam ekspor berkelanjutan:
Indonesia memajukan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan melalui kebijakan yang terdefinisi dengan baik yang mengatur panggung untuk peningkatan produksi energi terbarukan yang signifikan. Target dekarbonisasi pemerintah dan sektor swasta yang jelas bertujuan untuk mencapai ambisi nol bersih negara pada tahun 2060, menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh IEA.
Target ini termasuk mencapai 100% adopsi kendaraan listrik, memastikan 70% dari bauran pembangkit listrik terbarukan, dan menutupi 30% emisi industri dengan teknik penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS). Rencana ketenagalistrikan nasional selaras dengan tujuan ini dengan bertujuan untuk meningkatkan pangsa energi terbarukan menjadi 28% dari konsumsi listrik, di samping pengurangan ketergantungan batu bara yang signifikan dan peningkatan penggunaan gas.
Selain itu, Indonesia secara aktif memperluas kapasitasnya untuk memproduksi komponen energi terbarukan seperti panel surya, turbin angin, dan produk bioenergi. Ekspansi ini dicontohkan dengan kemajuan signifikan dalam beberapa proyek utama, seperti pengembangan fotovoltaik surya terapung (PV), yang dengan cepat mendapatkan momentum di seluruh negeri.
Proyek yang baru-baru ini diumumkan termasuk instalasi 40 MWp di waduk Nadra Krenceng dan dua proyek signifikan dengan total 2,5 GWp di Pulau Batam, sesuai laporan oleh Institute for Essential Services Reform (IESR). Proyek Batam sangat inovatif karena merupakan ekspor tenaga surya pertama dari Indonesia ke Singapura, membuka pasar baru yang menguntungkan bagi investor terbarukan (surya). Proyek-proyek ini tidak hanya berkontribusi pada target energi terbarukan Indonesia, tetapi juga menunjukkan pendekatan inovatif negara untuk memenuhi kebutuhan energi dan potensinya sebagai pemimpin dalam ekonomi hijau global.
Munculnya pertanian organik di seluruh kepulauan Indonesia mencerminkan pergeseran signifikan menuju pertanian berkelanjutan, didorong oleh permintaan global akan pilihan makanan yang lebih sehat dan ramah lingkungan. Karena Indonesia bertujuan untuk mencapai target ambisiusnya untuk mencapai emisi karbon nol bersih, praktik berkelanjutan seperti pertanian organik menjadi sangat penting. Praktik-praktik ini tidak hanya berkontribusi untuk mengurangi dampak lingkungan tetapi juga mendukung agenda nasional untuk masa depan yang lebih bersih dan lebih hijau.
Potensi sektor organik Indonesia digarisbawahi oleh pencapaiannya baru-baru ini di kancah internasional. Pada Pameran Biofach Jerman, pameran produk organik terbesar kedua di dunia, Indonesia berhasil mencatat transaksi produk organik senilai US$6,02 juta, menurut artikel VOI. Keberhasilan ini menyoroti pasar global yang berkembang untuk produk organik dan kapasitas Indonesia untuk memenuhi permintaan ini. Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Didi Sumedi, mencatat permintaan produk organik diproyeksikan meningkat signifikan, dengan pertumbuhan rata-rata 13,9% per tahun dari 2024 hingga 2030, juga dilansir VOI.
Berfokus pada segmen pasar tertentu, Indonesia menargetkan sektor olahan pertanian seperti rempah-rempah, kopi, gula kelapa, dan beras organik. Produk-produk ini merupakan pilihan strategis karena permintaannya yang tinggi di pasar internasional dan kesesuaiannya untuk praktik pertanian berkelanjutan di lanskap pertanian Indonesia yang kaya dan beragam.
Pendekatan yang ditargetkan ini tidak hanya membantu memaksimalkan manfaat ekonomi dari produk ekspor organik tetapi juga mempromosikan praktik pertanian berkelanjutan di dalam negeri.
Berkomitmen pada pengelolaan lingkungan, Indonesia bertujuan untuk mengubah lahan hutannya menjadi penyerap karbon bersih pada tahun 2030, meningkatkan penyerapan karbon dan menyelaraskan dengan upaya mitigasi perubahan iklim global. Meningkatkan target Nationally Determined Contribution (NDC) di bawah Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim, Indonesia juga bergerak menuju target Net Sink Hutan dan Penggunaan Lahan Lainnya (FOLU) 2030, yang bertujuan untuk mengoptimalkan penyerapan karbon. Pergeseran dari praktik kehutanan konvensional ke metode inovatif ini menandai langkah substansial untuk mengintegrasikan pelestarian ekologi dengan pembangunan ekonomi.
Indonesia telah memperkenalkan konfigurasi bisnis baru dalam pengelolaan sumber daya hutan produksi, yang mencakup kegiatan seperti energi terbarukan, ekowisata, agroforestri, dan pemanenan kayu bersertifikat FSC dan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Ini dilengkapi dengan layanan lingkungan seperti penangkapan karbon dan penyimpanan dan penyaringan air, yang sekarang semakin diakui dan dihargai.
Strategi pengelolaan hutan yang terintegrasi dan berkelanjutan tersebut tidak hanya melestarikan keanekaragaman hayati tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin dalam konservasi lingkungan global dan pembangunan ekonomi berkelanjutan.