#Saranb2b

Tetap kompetitif: Mengelola dampak tarif AS terhadap ekspor Indonesia

9 menit membaca
pengusaha yang mengabaikan lini produksi mereka

Di tengah perubahan lanskap perdagangan global, kenaikan tarif impor Amerika Serikat (AS) menjadi perhatian besar bagi eksportir Indonesia. Perubahan kebijakan perdagangan terbaru, termasuk usulan tarif resiprokal sebesar 32%¹ untuk beberapa produk asal Indonesia, memberi tekanan langsung pada margin keuntungan. Bagi pelaku usaha di Indonesia, mengabaikan tambahan biaya akibat tarif ini bukanlah pilihan, karena dampaknya langsung terasa pada daya saing, harga jual, dan permintaan dari pelanggan.

Panduan ini akan membahas lebih dekat perkembangan kebijakan tarif di AS. Kita akan melihat bagaimana tarif memengaruhi bisnis dan konsumen di Indonesia, sekaligus mengulas langkah-langkah strategis yang bisa dilakukan pemilik usaha untuk mengurangi dampak perubahan tersebut.

Memahami dampak tarif AS terhadap ekspor Indonesia

Pada dasarnya, tarif impor adalah pajak yang dikenakan atas barang yang masuk ke suatu negara. Ketika AS memberlakukan tarif pada produk Indonesia, biaya landed cost—yaitu total biaya untuk membawa produk hingga masuk ke wilayah AS—menjadi lebih tinggi. Meskipun sebagian biaya ini bisa ditanggung oleh rantai pasok, pada akhirnya sebagian besar sering dibebankan kepada konsumen, sehingga harga jual di pasar menjadi lebih mahal..

Situasi ini semakin menantang dengan berakhirnya fasilitas de minimis untuk pengiriman dari Indonesia ke AS. Sebelumnya, barang dengan nilai di bawah US$800 dapat masuk ke AS tanpa dikenakan bea masuk. Kini, pengiriman bernilai rendah pun dikenakan tarif impor². Walaupun melalui upaya diplomasi tarif resiprokal awal telah diturunkan menjadi 19% per Agustus 2025³, dampak gabungan dari perubahan ini berarti hampir semua ekspor Indonesia ke AS kini menghadapi biaya yang lebih tinggi—dan dampaknya akan terasa dalam jangka waktu yang cukup panjang.

Dampak tarif impor AS tidak hanya terbatas pada kenaikan harga bagi konsumen, tetapi juga memengaruhi berbagai sektor industri di Indonesia dengan cara yang berbeda:

  • Garmen dan tekstil: Sebagai salah satu sektor ekspor utama Indonesia, industri ini sangat sensitif terhadap harga. Kenaikan biaya akibat tarif, meskipun kecil, dapat membuat produk Indonesia kurang kompetitif di pasar AS dan berpotensi menurunkan permintaan karena pembeli AS beralih ke negara lain .
  • Furnitur: Furnitur Indonesia dikenal karena kualitas dan keunikan bahan serta pengerjaannya. Namun, tarif impor dapat menaikkan harga akhir produk yang berukuran besar dan berat secara signifikan, sehingga memengaruhi daya beli konsumen sekaligus margin keuntungan produsen.
  • Elektronik dan komponen: Seiring Indonesia memperkuat perannya dalam rantai pasok elektronik global, tarif pada produk jadi maupun komponen penting dapat menghambat pertumbuhan sektor ini. Biaya produksi bagi perusahaan AS yang bergantung pada komponen dari Indonesia bisa meningkat, sehingga rantai pasok menjadi kurang efisien.
  • Alas kaki: Sama seperti garmen, industri alas kaki juga sangat kompetitif dari sisi harga. Dampak tarif pada ekspor alas kaki Indonesia dapat mendorong peritel AS untuk mencari sumber pasokan dari negara lain yang memiliki ketentuan perdagangan lebih menguntungkan.

Langkah strategis bagi eksportir Indonesia

1. Terapkan strategi perdagangan yang berpandangan ke depan

Sifat tarif AS yang tidak menentu membuat pendekatan reaktif sudah tidak lagi efektif bagi eksportir Indonesia. Menunggu hingga tarif baru diumumkan sebelum bertindak dapat menyebabkan lonjakan harga mendadak, hilangnya pesanan, dan menipisnya margin keuntungan. 

Agar tetap kompetitif, bisnis perlu beralih dari sekadar bereaksi menjadi mengantisipasi risiko. Langkah pertama dan paling penting adalah menerapkan strategi perdagangan yang berpandangan ke depan. Ini berarti meninjau secara rutin lini produk Anda untuk mengidentifikasi barang mana yang paling rentan terhadap tarif impor baru. 

Pendekatan proaktif memungkinkan Anda menyiapkan strategi sejak awal—sebelum margin keuntungan tergerus—bukan baru bertindak setelah tarif diberlakukan.

Perencanaan skenario dan penilaian risiko juga menjadi bagian penting. Misalnya, apa dampaknya jika tarif tekstil 32% naik menjadi 50%, atau jika tarif serupa tiba-tiba diterapkan pada kategori produk lain? Memiliki rencana cadangan untuk berbagai skenario “bagaimana jika” ini sangat penting agar bisnis tetap tangguh dan gesit dalam mengambil keputusan.

2. Diversifikasi mitra dagang

Untuk mengurangi dampak tarif AS, pelaku usaha Indonesia perlu mengurangi ketergantungan pada pasar Amerika Serikat. Menjelajahi dan mengembangkan pasar ekspor alternatif di Eropa, Timur Tengah, dan kawasan Asia lainnya dapat menciptakan portofolio ekspor yang lebih seimbang. Diversifikasi membantu menyebar risiko, sehingga bisnis tidak terlalu terdampak oleh dinamika geopolitik di satu negara saja

3. Tinjau kembali negara asal (Country of Origin) & regulasi negara asal (Rules of Origin)

Rules of Origin adalah aturan yang digunakan untuk menentukan asal suatu produk. Negara asal barang (Country of Origin/COO) yang tercantum dalam dokumen ekspor menjadi dasar bagi otoritas Bea dan Cukai untuk menentukan tarif dan bea masuk yang berlaku, sehingga ini merupakan aspek yang sangat krusial.

Sebagai contoh, furnitur yang dirakit di Indonesia tetapi menggunakan kayu impor dari negara lain bisa dipertanyakan asalnya jika proses pengolahan di Indonesia dianggap belum cukup signifikan.

Karena itu, penting untuk meninjau ulang sumber bahan baku dan proses perakitan agar deklarasi COO tetap akurat dan sesuai aturan. Kesalahan dalam menyatakan asal barang—meskipun tidak disengaja—dapat menyebabkan bea masuk tambahan dan sanksi saat barang tiba di AS.

4. Menyesuaikan rantai pasok & proses produksi

Sejalan dengan diversifikasi pasar dan analisis COO, sebaiknya Anda juga meninjau seluruh rantai pasok. Pertimbangkan apakah melakukan sebagian proses perakitan di negara yang memiliki perjanjian dagang lebih menguntungkan dengan AS dapat membantu menekan dampak tarif.

Faktor geopolitik kini menjadi bagian penting dalam perencanaan rantai pasok. Contohnya, eksportir elektronik dari Indonesia dapat membuka fasilitas perakitan akhir di Meksiko. Dengan begitu, produk berpotensi memenuhi syarat manfaat USMCA, sehingga akses ke pasar Amerika Utara menjadi lebih stabil dan terprediksi.

5. Meninjau dan menegosiasikan ulang kontrak

Meski dampak tarif terhadap Indonesia terlihat negatif, periode perubahan ini juga menjadi peluang untuk meninjau dan memperkuat kontrak bisnis yang ada. Peninjauan proaktif membantu memperjelas tanggung jawab dan mengurangi risiko finansial ke depan.

Beberapa perjanjian penting yang perlu ditinjau akibat tarif resiprokal AS antara lain :

  • Perjanjian pasokan / pembelian: Tinjau klausul terkait penyesuaian harga dan perubahan regulasi. Tujuannya adalah memastikan apakah sebagian atau seluruh biaya tarif baru dapat dibebankan kepada pembeli. Jika belum diatur, ini menjadi poin penting untuk negosiasi ulang.
  • Perjanjian distribusi: Tarif baru meningkatkan landed cost bagi distributor di AS, yang berdampak pada harga jual dan volume penjualan. Diskusikan penyesuaian harga, komitmen pembelian minimum, hingga dukungan pemasaran agar produk tetap kompetitif.
  • Master Service Agreement (MSA): Periksa klausul “kepatuhan terhadap hukum” dan “manajemen perubahan”. MSA adalah tempat ideal untuk menambahkan mekanisme penanganan biaya tak terduga seperti tarif baru..
  • Strategic Partnership Agreement (SPA): Tarif dapat mengubah kelayakan finansial kerja sama strategis. Tinjau ulang model keuangan, pembagian biaya, dan proyeksi keuntungan agar kemitraan tetap sehat.
  • Klausul Incoterms: Jika menggunakan DDP (Delivered Duty Paid), eksportir Indonesia menanggung seluruh bea masuk AS. Pertimbangkan negosiasi ulang ke DAP (Delivered at Place), di mana bea masuk dan pajak atas barang kiriman menjadi tanggung jawab pembeli.

6. Lakukan uji tuntas (due diligence) terhadap mitra bisnis

Ini adalah waktu yang tepat untuk menilai kondisi keuangan dan operasional mitra utama Anda, terutama yang sangat bergantung pada pasar AS. Memahami seberapa besar eksposur mitra terhadap tarif membantu mengurangi risiko lanjutan dalam rantai pasok Anda.

Panduan praktis melakukan uji tuntas ini meliputi:

  1. Pemetaan ketergantungan rantai pasok: Identifikasi pemasok dan distributor yang sangat terpapar pasar AS dan tarif terkait.
  2. Menilai kesehatan finansial: Apakah mereka mampu menyerap kenaikan biaya, atau berisiko mengalami kesulitan keuangan?
  3. Uji skenario bersama: Simulasikan dampak kenaikan tarif lanjutan dan pahami rencana cadangan masing-masing pihak.
  4. Menambahkan perlindungan kontraktual: Perbarui kontrak dengan klausul yang melindungi bisnis Anda jika mitra terdampak berat oleh tarif.

Hasil evaluasi ini akan membantu Anda membuat keputusan yang lebih tepat terkait sumber bahan, rute pengiriman, dan praktik transshipment, sekaligus menghindari biaya tak terduga di kemudian hari.

7. Bekerja sama dengan ahli perdagangan dan kepabeanan

Menghadapi kompleksitas tarif impor AS membutuhkan keahlian khusus. Bekerja sama dengan konsultan perdagangan, penasihat hukum, dan penyedia logistik berpengalaman seperti DHL Express membantu bisnis tetap patuh pada aturan sekaligus mengambil keputusan strategis yang tepat.

DHL Express memiliki keahlian mendalam dalam membantu bisnis Indonesia menghadapi tantangan ini. Spesialis kepabeanan internal DHL Express dapat membantu memastikan kepatuhan terhadap regulasi tarif AS terbaru dan kelengkapan dokumen. Selain itu, DHL Express juga menyediakan alat seperti My Global Trade Services (MyGTS) untuk menghitung estimasi landed cost, sehingga perencanaan keuangan menjadi lebih akurat. Saat Anda siap untuk mengirimkan barang, DHL Express siap mendukung perjalanan bisnis Anda.

Navigasi tarif AS dan tetap kompetitif

Karyawan DHL Muslim di Mejanya

Tarif impor Amerika Serikat menjadi tantangan yang terus dihadapi oleh eksportir Indonesia. Namun, dengan strategi yang proaktif—seperti diversifikasi pasar, analisis rantai pasok, dan peninjauan kontrak—risiko dapat ditekan dan daya saing di pasar global tetap terjaga.

DHL Express membantu eksportir Indonesia menghadapi tantangan ini dengan menyediakan:

  • Panduan ahli terkait kepabeanan dan tarif impor AS.
  • Layanan pengiriman internasional yang cepat dan andal agar rantai pasok tetap lancar.
  • Keahlian global untuk mengelola lingkungan perdagangan yang kompleks secara efektif.

Siap mulai pengiriman dengan strategi yang lebih cerdas untuk ekspor ke AS? Buka akun bisnis DHL Express dan temukan bagaimana solusi kami dapat mendukung pertumbuhan bisnis Anda.

1 - EY, 3 April 2025

2 - CNBC , 28 Agustus 2025

3 - The Diplomat, 27 Agustus 2025