Social selling, seperti namanya, adalah cara untuk menjual produk atau layanan melalui jejaring sosial seperti Facebook, Instagram, LinkedIn, atau TikTok. Tapi apa yang membuatnya berbeda dengan bentuk penjualan lain yang lebih konvensional, seperti panggilan telepon, email, atau iklan?
Sangat sederhana, social selling adalah tentang menjual melalui kanal sosial media, seringkali menggunakan nada suara, gaya, dan pendekatan yang lebih pribadi daripada yang mungkin Anda gunakan dalam bentuk komunikasi lainnya. Menjual di media sosial dapat mendorong koneksi yang lebih pribadi dan otentik daripada aktivitas periklanan atau penjualan konvensional lainnya. Anda mungkin bertanya "apa perbedaan antara menjual bisnis saya di media sosial dan hanya mempromosikan bisnis di media sosial?" Ini pertanyaan yang bagus, dan batasnya tidak jelas/kabur. Social selling bisa dibilang lebih dapat ditindaklanjuti, memberi pelanggan Anda kesempatan untuk membeli melalui jejaring sosial.
Social selling dimulai dengan 'mendengarkan media sosial' – proses mencari tahu kepada siapa Anda mencoba menjual dan apa yang dibicarakan audiens Anda dan topik apa yang mereka minati.  Â
Pendekatan ini menciptakan pengalaman one-on-one. Koneksi online yang terpelihara dengan baik pada akhirnya dapat mengarah pada interaksi yang lebih mendalam dan, idealnya, penjualan yang sukses.
Ingat, social selling – seperti memelihara prospek dan membina hubungan dalam kehidupan nyata – membutuhkan waktu, pemikiran, dan minat yang tulus pada kebutuhan pelanggan. Social selling bekerja paling baik ketika Anda memprioritaskan kualitas daripada kuantitas. Â
Berikut adalah sepuluh tips untuk membantu Anda mendapatkan hasil maksimal dari social selling.