Karena permintaan global akan produk halal terus melonjak, bisnis Indonesia memiliki peluang unik untuk memanfaatkan pasar yang berkembang ini. Pasar makanan halal global, menurut laporan Maximize Market Research, bernilai sekitar US$2339 miliar pada tahun 2023, nilai yang diperkirakan akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030, mencapai hampir US$5285 miliar1. Pertumbuhan ini menghadirkan peluang yang tak tertandingi bagi Indonesia, yang memegang gelar pasar makanan halal terbesar di dunia dan pusat kosmetik dan farmasi halal terkemuka, dilansir dari The Global Islamic Economy Report2.
Pasar halal Indonesia diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan pesat, dari US$279,26 miliar pada tahun 2023 menjadi US$807,86 miliar pada tahun 2031, seperti yang diungkap oleh laporan dari Data Bridge Market Research3. Dengan meningkatnya fokus pemerintah pada peraturan halal dan pengenalan sertifikasi halal wajib di berbagai sektor, eksportir Indonesia berada di posisi yang tepat untuk memimpin pasar ini. Logistik halal yang efektif dengan demikian sangat penting bagi bisnis yang ingin berekspansi secara internasional, memastikan bahwa produk menjaga integritas halal di seluruh rantai pasokan dan menjangkau kelompok pelanggan dunia yang beragam.
Apa itu logistik halal?
Logistik halal adalah pendekatan khusus untuk mengelola rantai pasokan produk halal, memastikan produk tersebut memenuhi standar makanan dan etika Islam, yang dikenal sebagai kepatuhan Syariah. Ini mencakup setiap langkah, mulai dari pengadaan bahan baku hingga persyaratan pengemasan dan pengiriman, dengan langkah-langkah cermat untuk mencegah kontaminasi silang. Misalnya, makanan halal disimpan secara terpisah dari barang-barang non-halal, diangkut dengan kendaraan khusus dan diberi label dengan jelas dengan simbol untuk menunjukkan status halalnya. Dokumentasi yang jelas juga penting, dengan catatan dan sertifikat halal dari badan yang diakui untuk mengonfirmasi kepatuhan.
Logistik halal dan manajemen rantai pasokan di Indonesia
Indonesia telah membuat langkah signifikan dalam membangun sistem logistik halal yang komprehensif. Pada tanggal 24 Juni 2024, Asosiasi Halal Logistik Indonesia diluncurkan untuk mendukung perkembangan ini dan mempromosikan praktik terbaik di seluruh sektor4. Negara ini juga telah memperkenalkan sertifikasi halal wajib untuk layanan logistik, menjadikannya negara pertama yang mewajibkan kepatuhan halal tidak hanya dari produsen makanan, kosmetik dan farmasi tetapi juga dari perusahaan logistik. Peraturan ini mulai berlaku untuk industri makanan pada Oktober 2024 dan akan diperluas ke kosmetik dan farmasi pada Oktober 2026. Bisnis juga dapat mengharapkan hal ini untuk bergulir ke lebih jauh ke ekspor seperti sabun serta produk perawatan tubuh dan wajah lainnya. Pendekatan yang ketat seperti itu menyoroti komitmen Indonesia terhadap pendekatan rantai pasokan terhadap kehalalan, memastikan bahwa semua tahapan memenuhi standar kepatuhan Syariah yang ketat.
Untuk lebih memperkuat ekosistem logistik halalnya, Indonesia berinvestasi di Pelabuhan Halal dan Kawasan Industri Halal (KIH)5. Fasilitas khusus ini menyediakan infrastruktur yang diperlukan untuk penanganan, penyimpanan gudang, dan distribusi produk halal, menciptakan rantai pasokan halal yang lebih aman dan efisien. Promosi pemerintah terhadap fasilitas ini bertujuan untuk membuat proses logistik halal lebih efisien dan mudah diakses, terutama bagi bisnis Indonesia yang ingin memenuhi standar domestik dan internasional.
Saat Indonesia melihat lebih jauh ke depan, inovasi teknologi juga menjadi fokus untuk meningkatkan logistik halal. Integrasi solusi digital seperti Internet of Things, kecerdasan buatan, dan blockchain sedang dijajaki untuk meningkatkan transparansi, penelusuran, dan efisiensi operasional dalam rantai pasokan6. Memperluas infrastruktur logistik halal bersertifikat di luar daerah perkotaan besar adalah peluang lain untuk mendukung kepatuhan halal di wilayah Indonesia yang lebih terpencil.